Sami’na Wa Atho’na Atau Sami’na Wa ‘asoina



Perintah Allah Ta’ala begitu jelas. Ditambah lagi teladan yang paling indah yang sudah diberikan baginda Rasulullah kepada kita. Namun kenapa masih saja kita ragu-ragu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Malah sebaliknya, kita tidak melaksanakan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya.

Keadaan iman kita yang begitu kurang dan semakin berkurang hari demi hari yang membuat ini terjadi. Tidak semua muslim sadar akan arti penting sebuah iman dalam diri. Yang acuh tak acuh pun menjamur saat ini. Keberuntungan kita menjadi seorang muslim pertama memang karena jasa orang tua yang membawa kita ke dunia ini dalam keadaan muslim. Banyak dari mereka yang merasa merugi karena tidak terlahir sebagai seorang muslim. Namun dikemudian hari mereka mendapatkan hidayah-Nya dan masuk menjadi seorang muslim yang lebih taat, melebihi seorang muslim yang terlahir sebagai muslim.

Muslim bukanlah sekedar status agama yang hanya disematkan dalam kartu tanda penduduk sebagai seseorang yang beragama ‘islam’. Memang nanti ketika ditanyai di alam kubur, “Mana KTPmu?” bukan. KTP seorang muslim itu bukan berbentuk kertas yang dilaminating, tetapi berbentuk iman yang penuh ketakwaan, yang letaknya berada di dalam hati nurani. Laminatingnya ya berupa amal perbuatan yang berasal dari perintah-perintah Allah yang telah dilaksanakan dan larangan-Nya yang dijauhi.

Percaya itu tidak bisa setengah-setengah, apalagi dalam islam. Istilah “sami’na wa atho’na” ini adalah ungkapan yang menandakan kepercayaan penuh atau keimanan yang tinggi. Apapun yang Allah Ta’ala katakan akan selalu didengar juga ditaati. Bukan sebagian saja, tapi semuanya.  Namun sayangnya, tidak semua muslim mempunyai motto wajib itu. Ada dari mereka yang membuat motto sendiri, sesuai dengan keadaan mereka yaitu “sami’na wa ‘asoina”. Artinya, kami mendengar kami juga bermaksiat (berpaling). Mereka hanya mendengar ayat-ayat Allah Ta’ala yang merdu, lalu kembali bermaksiat. Bermaksiat dalam makna tidak menaati perintah Allah malahan mengerjakan larangan Allah Ta’ala. Na’udzu billah…

Kemudian, kita termasuk yang mana?

Kahramanmaraş Turkey, 16 september 2012  



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer